"Apa kebaikan dan kejahatan itu? Dimana ia berada? Dan, bagaimana ia
berwujud? Mungkin ini jadi salah satu pertanyaan tersulit setiap sastrawan,
karena sadar atau tidak kita dengan mudah menemukan Rahwana dan Rama berada
dalam bayangan cermin kita sendiri."
Kita telah membaca epik Ramayana dalam banyak versi, Pertama, sikap
Rama terhadap Sita setelah pembebasan Sita dari cengkraman Rahwana dan bala
tentara Alengka. Rama meragukan kesucian Sita. Bahkan membiarkan Sita melakukan
upacara pembakaran diri untuk membuktikan kesuciannya. Meski telah terhindar
dari api, Rama masih juga mengusir Sita yang sedang hamil ke hutan hingga istri
yang malang itu tinggal di pertamaan Walmiki.
Mengapa Rama berlaku demikian keji pada istri yang mengasihinya. Ini jauh
berbeda dibanding sikap Rahwana terhadap Sita. Selama ditahan di Alengka, oleh
Rahwana, Sita ditempatkan di taman indah, dilayani dengan sangat baik. Rahwana
tidak pernah berkata dan berlaku kasar terhadap Sita. Bahkan Rahwana selalu
merayu Sita dengan kata-kata indah. Mengapa Rahwana yang digambarkan berwatak
raksasa buas itu bisa berlaku halus terhadap wanita. Sebaliknya, mengapa Rama
yang ksatria itu justru bertindak keji terhadap istrinya?
Pertanyaan kedua: dalam pertempuran besar antara Rahwana dan Rama, Rahwana
dibela oleh ribuan tentara Alengka. Itu wajar, karena Rahwana adalah raja
Alengka. Sedangkan Rama justru dibela oleh tentara monyet pimpinan Sugriwa dan
Hanoman. Mengapa Rama tidak didukung oleh tentara Ayodya. Bukankah Rama adalah
pangeran Ayodya. Mengapa untuk menggapai tujuannya merebut Sita (sebuah tujuan
yang perlu dipertanyakan juga mengingat sikap Rama terhadap Sita di atas) Rama
menggunakan bala tentara dari negara lain, yang notabene bukan manusia,
melainkan makhluk yang dipandang rendah? Sebaliknya, Rahwana dibela mati-matian
oleh penduduknya sendiri. Apakah ini menunjukkan bahwa betapa Rahwana
sebenarnya adalah raja raksasa yang amat dicintai oleh warganya? Jika ya, maka
pastilah Rahwana adalah raja yang baik, terpelajar dan agung.
Pertanyaan ketiga: dalam pertempuran antara Bali, raja Kiskenda, dengan
Sugriwa, Rama melakukan tindakan yang tidak terpuji, yaitu membunuh Bali dari
belakang. Sebagai ksatria, tindakan curang seperti itu sangat dipandang rendah.
Terlebih lagi, setelah Bali wafat, tahta Kiskenda diserahkan pada Sugriwa.
Kisah ini menggambarkan bahwa Rama membenarkan tindakan perebutan kekuasaan
oleh Sugriwa secara licik. Itu kenapa kemudian Sugriwa dan bala tentara
monyetnya mendukung Rama dalam pertempuran melawan pasukan Alengka, pimpinan
Rahwana.
Meski Rahwana digambarkan sebagai makhluk raksasa yang mengerikan, bersifat
liar, buas dan monster, tetapi Rahwana adalah sosok yang sakti luar biasa. Ia
mempunyai berbagai ilmu dan kesaktian yang sulit ditaklukan. Darimana datangnya
semua ajian itu? Tentu saja dari berguru pada banyak guru dan raja sakti, salah
satunya Bali (yang dibunuh secara curang oleh Rama). Pertanyaan yang
menggelitik, jika demikian tentunya Rahwana adalah seorang sarjana yang bukan
hanya pandai belajar ilmu peperangan namun juga mempunyai pendalaman atas
ilmu-ilmu sastra dan agama. Buktinya, para dewa-dewa berkenan menganugerahkan
kesaktian rawerontek yang membuat Rahwana tidak bisa mati. Tanpa suatu tindakan
sesembahan dan semadi yang luar biasa, takkan mungkin dewa-dewa berkenan
memberikan berkah kepada Rahwana. Bukankah ini berarti Rahwana selain dicintai
oleh rakyatnya, juga oleh berbagai cerdik pandai, guru-guru ternama, bahkan
dicintai dewa-dewa? Lantas mengapa dalam Ramayana, Rahwana selalu digambarkan
sebagai biang kerusakan, kejahatan di muka bumi?
Masih banyak pertanyaan dan keanehan-keanehan lain yang belum terungkap
tentang eksistensi Rahwana Dasamuka ini, jangan-jangan ada sesuatu rencana
tersembunyi di balik semua kisah Ramayana? Ini pasti ada upaya pendiskreditan
terhadap Rahwana.
***
Seharusnya kita dapat memahami sejarah bangsa aria & melintasi daratan
Cina, ke Eropa. Merambah mitologi Norse, seperti Thor, Yggdrasill, Odin,
Fenrir, juga mitologi Yunani dan lain-lain, yang berujung pada larinya sang
Dewa Indra dari khasanah otoritas mitologi Eropa, berkelana bersama bangsa Arya
barbar berkulit putih, yang kemudian menemukan benua Jambhudwipa, alias India
yang elok. Melihat keindahan negara Jambhudwipa yang subur dan maju ini, bangsa
Arya pimpinan Indra kemudian beralih dari bangsa barbar pengembara menjadi
bangsa pemukim. Untuk mewujudkan hal ini, Indra dan Arya menginvasi dan
menaklukan penduduk Jambhudwipa yang berkulit hitam. Indra lalu menghancurkan
dewa-dewi sesembahan penduduk Jambhudwipa dan mengangkat dirinya sebagai dewa
tertinggi. Perlahan tapi pasti, bangsa asli Jambhudwipa tersisih. Mereka
tersingkir dari pusat-pusat kekuasaan Jambhudwipa. Tak sedikit yang beralih
keyakinan dari pemuja Siva menjadi pemuja Indra.
Indra dan Arya tak hanya puas menaklukan Jambhudwipa. Mereka terus bergerak
ke Selatan, Timur dan Barat, bahkan sampai ke kepulauan Nusantara. Namun tidak
mudah bagi Indra dan Arya menguasai bangsa-bangsa di wilayah kepulauan
Nusantara yang di jaga ketat oleh Rahwana Dasamuka. Dalam peperangan, Indra
sempat di kalahkan oleh penguasa Nusantara yakni Rahwana. Karenanya,
pengagungan terhadap siva dan pengibadahan kepada ALLAAH YANG ESA masih tetap
bertahan di sana-sini dan terus melakukan perlawanan.
Puncak perlawanan itu dilakukan oleh Ravana atau Rahuvana, anak asli
Jambhudwipa dari bangsa Rakhsa. Sedikit demi sedikit Ravana menyusun kekuatan,
membangkitkan semangat juang anak-anak asli Jambhudwipa untuk mengalahkan
penjajah dan menempatkan Siva sebagai petinggi dewa-dewa. Perjuangan itu
berhasil. Keberhasilan ini tak lepas dari kesaktian dan ketinggian ilmu Ravana.
Selagi masih kecil Ravana beserta adiknya Kumbhakarna telah dididik oleh
pandita dan raja-raja besar. Ravana pun menguasai ilmu sastra dan agama. Dengan
ketinggian puja bhaktinya, dewa-dewa mengasihi Ravana dan menganugerahkan
berbagai kesaktian dan kemuliaan.
Ini adalah kunci penting dalam penafsiran ulang penulis atas kisah
Ramayana. Pertarungan dalam Ramayana bukan sekedar pertarungan antara Ravana
melawan Rama, melainkan pertarungan untuk memperjuangkan kebebasan
bangsa-bangsa asli Jambhudwipa yang diwujudkan dalam sosok Ravana dan Siva,
melawan bangsa agresor yang telah merebut tanah leluhur dan menghancurkan
sesembahan asli mereka. Ravana adalah simbol pahlawan bangsa Jambhudwipa.
Melalui Ravana kekuasaan Indra digoyahkan. Indraloka, singgasana Dewa Indra,
sempat diporak-porandakan oleh angkatan bersenjata Ravana. Dan, kerajaan
Alengka di Srilanka yang dipimpin oleh Ravana menjadi kerajaan besar yang
disegani. Alengka menjadi simbol kemenangan bangsa Jambhudwipa atas bangsa
barbara Arya sang penjajah. Alengka dibangun oleh Ravana bukan sekedar
mengandalkan kekuatan bala tentara, melainkan juga dengan budaya, agama, tata
krama, ilmu pengetahuan. Dibantu saudara-saudaranya, seperti Kumbhakarna dan
Bhisana, Ravana membangun peradaban luhur di tanah Alengka.
Kehebatan Ravana mengganggu Indra dan Arya. Mereka masih menganggap bahwa
derajat bangsa asli Jambhudwipa yang hitam itu di bawah bangsa Arya yang putih.
Maka dengan berbagai upaya Indra berusaha melemahkan Alengka. Melawan dengan
bala tentara rasanya tidak mungkin. Indra masih bergetar dengan pengalaman
dikalahkan oleh putra Ravana yang bergelar Indrajit (penakluk Indra).
Karenanya, Indra mencari jalan lain, yaitu memecah belah bangsa Jambhudwipa dan
pengkhianatan. Untuk itu, diutuslah Rama dan Laksmana yang ditemani istri Rama:
Sita.
Satu persatu taktik kelicikan dijalankan oleh Rama. Puncaknya adalah ketika
Rama membantu Sugriva merebut tahta Bali dengan cara curang: membokong Bali
dari belakang. Untuk membalas budi, Sugriva mengerahkan pasukan Wanara yang
dipimpin Hanoman menyerang Alengka. Saat itu Ravana sudah cukup tua, berumur 70
tahun dan lebih banyak menghabiskan waktunya memimpin negeri bak seorang
pandita. Di belakang Ravana, ada adik tirinya: Bhisana yang menyimpan rencana
keji ingin menguasai Alengka. Bhisana yang kepergok berkhianat kemudian diusir
dari Alengka dan dijuluki Bibhisana. Bhisana pun merapat ke pasukan Rama.
Bagian yang paling dramatis adalah Yudhakanda, cerita tentang pertempuran
sengit antara pasukan Alengka dan Ayodya. Satu per satu pahlawan Alengka gugur.
Yang membuat sangat tragis kekalahan Alengka lebih disebabkan karena
pengkhianatan Bibhisana yang membocorkan berbagai rahasia Alengka kepada Rama.
Ravana pun gugur di tangan Rama. Sang pahlawan besar, ksatria pandita, maharaja
agung itu wafat akibat pengkhianatan adiknya sendiri.
Cerita belum berakhir.
Sita terbebaskan. Namun Rama meragukan kesucian Sita. Rama curiga bahwa
Sita telah dijamah oleh Ravana. Sita berkeras bahwa ia masih suci meski telah
ditahan Ravana sekian lama. Untuk membuktikannya Sita melompat ke atas api yang
berkobar-kobar. Jika memang Sita telah ternoda, maka ia akan hangus dilalap
api. Ternyata Sita masih suci. Api yang berkobar itu tidak sedikit pun
menyentuh kulitnya. Ini sekaligus membuktikan bahwa Ravana memanglah seorang
raja agung yang beradab dan mulia. Meski dalam bayangan Ravana, Sita adalah
titisan dari Vidavati, wanita cantik yang telah membuatnya jatuh cinta, namun
Ravana tetap menempatkan Sita pada kedudukan dan kemuliaan tinggi sebagai
seorang wanita. Tidak sekali pun Ravana menodai Sita meski Sita berada dalam
tawanannya.
Rama masih tidak percaya. Menurutnya, Sita telah ternoda Ravana. Buktinya,
api pun tidak bisa menghanguskan Sita, itu berarti Sita telah mendapat berkah
dari seseorang yang mampu menguasai api. Dan, satu-satunya orang yang mampu
menguasai api adalah sang raja diraja Ravana. Sita diusir.
+ komentar + 6 komentar
like this.
saya juga ko bertanya tanya apakah rahwana itu seburuk itu.
Bukannya dia laki2 yang jantan bahkan tidak mau menyentuh Sinta sebelum mendapat cintanya.
Bahkan dia lebih rela gugur daripada menyerah karena rakyatnya sudah gugur duluan.
Sungguh sayang, kisahnya berhenti sampai disini....
tapi kenapa menurut wikipedia, dalam walmiki , tidak ada kisah pengusiran shita ke hutan saat mengandung dan melahirkan dua putra kembar?
saya juga setuju... Rahwana itu sepertinya jauh lebih baik dari Rama, ia menunjukkan cinta yang jauh lebih mulia daripada Rama..
Setuju sekali dengan pendapat anda bro, dan aku yakin yang dimaksud dengan aji rawa rontek dan pancasona adalah sebenarnya adalah cerminan keteguhan hati dari rahwana yang walau sudah dihancurkan dia akan kembali tumbuh dan melawan, hingga walaupun telah di telan bumi dia semangatnya akan tetap tumbuh dihati rakyatnya.
ada tanda yang ditinggalkan dalam cerita Ramayana, ( hampir ) tak terbaca. bahwa ada missing link dalam misi penyerangan Alengka Diraja yang dilakukan oleh Ramawijaya.
coba baca novel karya Pitoyo Amrih berjudul Anoman