WUKIR RAHTAWU ( 1 )

Wukir Rahtawu merupakan gugus perbukitan Muria yang berada di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Menurut mitos, Wukir Rahtawu merupakan tempat pertapaan Resi Manumayasa sampai kepada Begawan Abiyasa yang merupakan leluhur Pandawa dan Korawa. Menurut cerita babad dan parwa, konon leluhur raja - raja Jawa merupakan keturunan dinasti Bharata juga. Sebuah misteri yang membingungkan, memang. Di Rahtawu terdapat banyak " petilasan pertapaan " yang diyakini dahulu kala memang benar - benar merupakan tempat bertapanya " para suci " yang oleh penduduk setempat disebut " Eyang ". Diantaranya : Eyang Sakri ( Bathara Sakri ) di Desa Rahtawu, Eyang Pikulun Narada dan Bathara Guru, di Joggring Salaka, dukuh Semliro, desa Rahtawu. Eyang Abiyasa dan Eyang Palasara, di puncak gunung " Abiyasa ", ada yang menyebut " Sapta Arga ". Eyang Manik Manumayasa, Eyang Puntadewa, Eyang Nakula Sadewa di lereng gunung " Sangalikur ", di puncaknya tempat pertapaan Eyang Sang Hyang Wenang ( Wening ) dan sedikit ke bawah pertapaan Eyang Ismaya. Eyang Sakutrem ( Satrukem ) di sendang di kaki gunung "Sangalikur" sebelah timur. Eyang Lokajaya ( Guru Spirituil Kejawen Sunan Kalijaga, menurut dongeng Lokajaya nama samaran Sunan Kalijaga sebelum bertaubat ), di Rahtawu. Eyang Mada ( Gajah Mada ) dan Eyang ( Romo ) Suprapto, berupa makam di dusun Semliro. Semua " petilasan " ( kecuali makam Eyang Mada ) merupakan " batu datar " yang diperkirakan sebagai tempat duduk ketika bertapa ( meditasi, semadi ). Sayangnya, semua petilasan tersebut telah dibuatkan bangunan dan dibuat sedemikian rupa " sakral " dengan diberi bilik yang tertutup dan dikunci. Pembukaan tutup dilakukan setiap bulan Suro ( Muharam ) tanggal 1 s/d 10. Di setiap petilasan dibuatkan suatu bilik khusus untuk melakukan " ritual sesaji " dengan bunga dan pembakaran dupa. Juga disediakan suatu ruangan cukup luas untuk para pengunjung beristirahat dan menunggu giliran untuk melakukan " ritual sesaji " maupun " ngalap berkah " sambil tiduran dan kerokan. Di Rahtawu pengaruh peradaban Hindu, Buddha dan Islam tidak nampak jelas. Tidak ada jejak berupa bangunan peribadatan ( candi ) Hindu dan Buddha. Bahkan tidak ada arca maupun ornamen bangunan yang terbuat dari batu berukir sebagaimana ditemukan di Dieng,Trowulan, Lawu, dan tempat-tempat lainnya di Jawa. Bangunan peribadatan berupa masjid ataupun langgar ( mushalla ) merupakan bangunan baru buatan jaman ini.Maka sesungguhnya mengundang suatu pemikiran, situs peradaban apakah di Rahtawu tersebut? Meskipun semua " petilasan pertapaan " berkaitan dengan nama-nama tokoh pewayangan (Mahabharata-Hindu), namun di Rahtawu ditabukan untuk mengadakan pagelaran wayang. 

( bersambung )


Share this article :
 

linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. DUDU DEWO - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger