skip to main |
skip to sidebar
inilah
sebuah keindahan kala air tercurah dari langit
lalu, kita hanya bisa
melukiskan dengan apa saja
kita juga sering melamunkan siapa
saja
kita tak jarang merangkaikan aksara2 disela dinginnya
palagi
ketika rintiknya memercik membelai
damai hati ditelakup rindu
pada apa saja
dengan lantang kita memekikkan namanya
wahai
wanitaku..
dan dijauh sana pun dia memekik
wahai lelakiku...
tercipta bebunyi irama romantisme
kita tergulung suasana yang
tidak ingin kita cipta sebenarnya
namun kerana percik air langit mampu
menyeret
kita, dalam bias imaji tanpa batas
kita mampu menembus batas
ruang dan waktu,
berlari bersama pelangi yang mulai enggan
singgah
kita menari di sebuah altar kesucian tak tersentuh
noda
kerana hanya jiwa jiwa yang berserah sibuk menghitung
gulir air
yang merahmat turun membumi
lalu, kemana gelar sajadah untuk memuja
pasrah,
ketika kita ternyata tak mampu kemana
namun kita mampu
kesana, tempat pujaan hati berada
ternyata kita hanya membiarkan jiwa
jiwa kita lelah
melelahkan
menunggu kita terhilang dari lamunan
jiwa jiwa
kita tak lagi sibuk bergumam tahmid,
tak lagi letih menyisih
tasbih
takbir, juga tahlil
jiwa jiwa kita membeku dalam ruang
imaji kala hujan
jiwa jiwa kita telah kehilangan tempat bersujud, dan
memuja Illah
inilah romantisme hujan yang memercik
dalam kedahagaan
jiwa jiwa lelah mencari pasrah